Menuju Masa Tua Bebas Demensia (Pikun)

bebas demensia

Bulan September, tepatnya di tanggal 21 ini, kita turut memperingati Bulan Alzheimer Sedunia. Sebuah bulan yang ditujukan sebagai kampanye internasional untuk meningkatkan kesadaran masyarakat akan bahaya dari penyakit Alzheimer atau yang lebih kita kenal sebagai penyakit pikun pada kaum lanjut usia (lansia) dan menentang stigma akan kondisi ini. Untuk perayaan di tahun ini, slogan yang sudah ditetapkan adalah “Kenali Alzheimer : Pentingnya Deteksi Dini”. Sehingga, dirasa perlu bagi kita untuk mengenal lebih dalam tentang penyakit Alzheimer tersebut dan juga apa yang perlu kita lakukan terkait penyakit tersebut.

Apa itu Demensia?

Penyakit Alzheimer ini sejatinya adalah sebuah bagian dari kelompok kondisi demensia, sebuah kondisi kronis yang ditandai oleh terjadinya penurunan kemampuan untuk mengingat, berpikir, ataupun membuat keputusan yang berhubungan dengan kehidupan sehari-hari. Kondisi demensia atau yang lebih sering dikenal sebagai pikun ini kerap terjadi pada orang-orang yang sudah lanjut usia (lansia).

World Health Organization (WHO) sendiri pada tahun 2017 mencatat bahwa sekitar 50 juta orang telah didiagnosis demensia, khususnya untuk penyakit Alzheimer sendiri. Untuk di Indonesia sendiri, diperkirakan ada 1.6 juta orang terkena demensia pada tahun 2016 dengan jumlah yang diperkirakan akan terus meningkat hingga 2 juta orang di tahun 2030 nanti.

Kenapa terjadinya Demensia?

Seperti yang kita ketahui, semakin usia kita bertambah, maka semakin banyak perubahan yang terjadi pada organ tubuh kita, tidak terkecuali juga otak itu sendiri. Beberapa penelitian turut menemukan bahwa ukuran otak kita sendiri menurun setelah usia 40 tahun dengan kisaran 5% setiap dekadenya. Sehingga, besar kemungkinan juga sel-sel saraf yang ada di otak kita mengalami penurunan volume yang cukup signifikan. Salah satu perubahan yang cukup terlihat juga adalah penurunan volume sel saraf yang ada di bagian prefrontal cortex dan bagian hippocampus. Bagian tersebut nantinya berperan penting dalam proses kognitif dan juga pembentukan memori kita sendiri.

Penyebab yang jelas kenapa fenomena itu bisa terjadi pun masih belum jelas. Banyak yang menduga karena perubahan neurotransmitter yang ada di dalam otak kita. Ada juga penelitian yang mengarahkan kepada adanya perubahan hormon seksual yang ada pada tubuh kita, terutama pada saat terjadi menopause bagi wanita yang sudah menginjak masa lansia.

Pada kondisi Alzheimer sendiri, yang mewakili dua-per tiga dari kasus demensia ini, dugaan terbesar terjadi karena adanya dua struktur abnormal di otak yaitu plak amyloid dan neurofibrillary tangles (belitan serabut saraf). Kedua struktur tersebut nantinya turut berperan dalam menghambat komunikasi antar sel-sel saraf yang membuat nantinya sel tersebut mati.

Bagaimana cara kita mengetahui Demensia itu sendiri?

Meskipun itu, tidak semua penuaan yang ada di otak kita itu langsung mengarah kepada demensia. Penuaan pada otak itu sebenarnya masih normal terjadi, dan efek yang mungkin muncul adalah proses berpikir yang sedikit lebih lambat, atau ketidakmampuan dalam melakukan berbagai tugas di dalam waktu bersamaan (multi-tasking). Namun, untuk kemampuan memori, keahlian (skill), dan ilmu pengetahuan sendiri masih relatif stabil, dan bahkan bisa lebih baik dari sebelumnya. Jika misalkan, kita lupa dimana kita menaruh kunci rumah atau mobil, itu masih kondisi penuaan yang wajar.

Sebuah penuaan bisa mengarah kepada demensia seperti penyakit Alzheimer, jika ditemukan kondisi berikut ini:

  1. Kehilangan memori yang menganggu taraf hidup, misalnya sering kelupaan acara, atau membutuhkan banyak cara supaya bisa ingat acara atau janji.
  2. Kesusahan dalam merencanakan atau mengambil keputusan, misalnya bingung cara membayar tagihan atau membuat resep makanan yang biasa dibuat.
  3. Susah untuk menyelesaikan pekerjaan rutin di rumah, misalnya susah untuk belanja, buat masakan, atau menggunakan telpon genggam.
  4. Bingung dengan tempat atau waktu.
  5. Susah dalam memahami gambar visual atau hubungan spasial, contohnya susah dalam memperkirakan jarak, mudah terpeleset, atau sering menjatuhkan barang.
  6. Susah untuk menamai sesuatu saat berbicara atau menulis, seperti contohnya tidak bisa menyebutkan kata “pulpen”, melainkan kalimat seperti “alat yang dipakai buat menulis itu namanya apa?”
  7. Sering salah meletakkan barang dan tidak mampu mengingat langkah-langkah sebelumnya
  8. Tidak mampu dalam mengambil keputusan, seperti mudah tertipu, tidak bisa mengurus uang dengan baik.
  9. Sering mengisolasikan diri dari aktivitas sosial ataupun kerjaan
  10. Perubahan dalam mood dan juga kepribadian

Cara Mencegah Demensia

Kebanyakan dari kondisi demensia, seperti penyakit Alzheimer sendiri, tidak bisa disembuhkan. Namun, bukan berarti itu tidak bisa dicegah. Kita sendiri bisa mencegah supaya nantinya kita bisa menciptakan otak yang sehat di kala masa tua. Berikut adalah cara-caranya.

  1. Selalu buat otak kita bekerja. Hal ini dapat dilakukan dengan aktivitas seperti membaca buku, mengerjakan puzzle atau teka-teki.
  2. Perbanyak olahraga, disarankan untuk berolahraga selama 150 menit setiap minggu.
  3. Berhenti merokok. Beberapa studi menyatakan bahwa merokok pada usia dewasa dapat meningkatkan risiko terkena demensia terutama karena masalah pada peredaran darah di otak.
  4. Tingkatkan asupan vitamin. Beberapa studi menunjukkan bahwa orang-orang yang memiliki kadar vitamin D rendah di dalam darahnya memiliki risiko tinggi untuk terkena demensia. Vitamin D sendiri dapat diperoleh melalui makanan sehat, suplemen, ataupun paparan sinar matahari.
  5. Jaga tekanan darah secara rutin.
  6. Pantau kondisi makanan dengan memperbanyak konsumsi sayur, buah, atau makanan yang mengandung omega-3 fatty acid. Konsumsi ini dapat mengurangi risiko demensia dan juga mengurangi risiko penyakit jantung yang bermanfaat positif untuk otak.
  7. Terapkan tidur yang berkualitas.
  8. Perbaiki masalah pendengaran. Untuk tips meningkatkan kesehatan telinga, bisa dibaca tipsnya di sini → Kiat Menjaga Kesehatan Telinga

Selain itu, salah satu cara untuk mengurangi risiko terjadinya demensia atau pikun adalah dengan memperbaiki kondisi kesehatan mental. Kondisi seperti depresi atau cemas pun dapat berpengaruh juga terhadap kualitas otak kita, terutama nantinya ketika sudah menginjak usia tua. Untuk mengurangi kondisi tersebut, disarankan juga untuk memeriksakan kondisi kejiwaan ke profesional kesehatan jiwa yang ada.

Rumah Sakit Khusus Puri Nirmala memiliki profesional yang bergerak di bidang kesehatan jiwa, baik itu psikiater ataupun psikolog. Untuk mengetahui apa yang membedakan keduanya, bisa dibaca artikel berikut ini.

Psikiater atau Psikolog? Pahami Bedanya!

Jika ada rencana menghubungi atau mau konsultasi ke Rumah Sakit Khusus Puri Nirmala, bisa dibuka layanan ini.

Kontak Resmi Rumah Sakit Khusus Puri Nirmala

Rumah Sakit Khusus Puri Nirmala

Jl. Jayaningprangan No. 13, Gunungketur, Pakualaman, Yogyakarta.

No. Telp. (0274) 515255
No. WA. 0815-2461-7175

Ditulis oleh : dr. Farhandika Mursyid

Dokter Umum, Rumah Sakit Khusus Puri Nirmala

Sumber Artikel.

  1. Alzheimer’s Indonesia 2019, Statistik tentang demensia, Alzheimer’s Indonesia website, dilihat 21 September 2021
  2. Center for Disease Control and Prevention 2019, 10 warning signs of Alzheimer, CDC Website, dilihat 21 September 2021
  3. Mayo Clinic 2021, Dementia – diseases and conditions, Mayo Clinic Website, dilihat 21 September 2021
  4. Peters, R 2006, ‘Ageing and the brain’, Postgraduate Medical Journal, vol. 82, pp. 84-88. DOI: 10.1136/pgmj.2005.036665

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *