Pasien Jiwa Rentan Pneumonia

Oleh : apt. Hevi Anitaningrum, S.Farm

Pneumonia adalah infeksi atau peradangan akut pada jaringan paru-paru yang disebabkan oleh berbagai mikroorganisme seperti bakteri, virus, parasit, jamur, paparan bahan kimia, atau kerusakan fisik pada paru-paru. Pneumonia dapat menginfeksi semua kelompok usia. Pneumonia dapat dibagi menjadi tiga jenis yaitu community acquired pneumonia (CAP) atau pneumonia yang didapat masyarakat, pneumonia nosokomial dan pneumonia terkait ventilasi. Pneumonia yang didapat dari komunitas merupakan kasus yang paling banyak terjadi dan bisa berakibat fatal. 

Diagnosis pneumonia meliputi anamnesis, gejala klinis, pemeriksaan fisik, dan pemeriksaan penunjang. Pada pasien yang dicurigai oleh klinisi menderita pneumonia yang didapat dari komunitas, tes darah dapat memberikan informasi tentang keadaan inflamasi (seperti jumlah dan karakteristik sel leukosit), kerusakan organ terkait, dan keparahan penyakit. 

Menurut data studi Global Burden of Diseases (GBD) pada tahun 2019, penyakit ini masih menyebabkan lebih dari 2,49 juta kematian pada tahun survei, melebihi penyakit lain seperti tuberkulosis dan HIV. Maka dari itu Pneumonia merupakan penyebab kematian menular utama di seluruh dunia.

Apakah pasien jiwa rentan terhadap Pneumonia ?

Ya, benar sekali pasien dengan gangguan jiwa punya risiko lebih tinggi terkena pneumonia, ada beberapa alasan medis dan sosial yang dapat mendasarinya:

  1. Kebersihan diri dan perawatan fisik yang kurang optimal

Pasien gangguan jiwa beberapa ada yang kesulitan menjaga kebersihan, makan yang tidak teratur dan kurang cairan serta kurang berolahraga, hali ini menyebabkan daya tahan tubuh menurun dan berakita infeksi di saluran pernapasan mudah terjadi.

  1. Efek samping obat psikotropika 

Beberapa obat antipsikotik dan obat penenang dapat menyebabkan beberapa efek samping misalkan berupa mulut kering, penurunan reflek batuk dan efek mengantuk / kurang respon sehingga dapat meningkatkan resiko aspirasi (masuknya makanan / air liur ke paru-paru) dan juga meningkatkan terjadinya infeksi paru.

  1. Komorbid atau penyakit penyerta

Pasien dengan gangguan jiwa biasanya memiliki penyakit penyerta lain seperti diabetes, malnutrisi dan penyakit jantung dimana penyakit penyerta ini dapat meningkatkan risiko terjadinya pneumonia.

  1. Keterbatasan aktivitas

Kurangnya aktivitas fisik membuat ventilasi paru tidak optimal sehingga lendir menumpuk dan bakteri lebih mudah berkembang dan dapat meningkatkan terjadinya pneumonia. 

  1. Keterlambatan deteksi dan pengobatan

Pasien dengan gangguan jiwa biasanya sulit mengungkapkan gejala seperti sesak napas, nyeri dada, atau batuk. hal ini menyebabkan deteksi awal tidak dapat dilakukan sehingga infeksi pada saluran napas lebih berat.

Gejala pneumonia yang perlu diwaspadai  pada pasien gangguan jiwa. Pada pasien gangguan jiwa, tanda-tandanya biasanya tidak khas, tetapi tetap perlu diperhatikan:

a. Pada pasien umum batuk berdahak tetapi pada pasien jiwa batuk tidak selalu muncul atau tidak dilaporkan.

b. Sesak napas yang dialami pada pasien umum biasanya pada pasien jiwa terlihat sebagai gelisah, agitasi atau tampak tidak nyaman

c. Demam pada pasien gangguan jiwa biasanya tidak langsung terdeteksi tetapi pasien akan tiba-tiba lemah dan tidur sepanjang hari

d. Nyeri dada yang biasa terjadi pada pasien umum, tidak terlihat pada pasien jiwa tetapi yang terlihat adalah pasien sulit untuk makan dan minum dan perilakunya berubah.

Pencegahan apa yang bisa dilakukan pada pasien gangguan jiwa: 

  1. Pastikan minum dan makan yang cukup dan bergizi
  2. Rutin melakukan aktivitas ringan
  3. Perhatikan kebersihan 
  4. Vaksinasi influenza dan pneumonia jika memungkinkan
  5. Posisikan duduk saat pasien sedang makan/minum
  6. Pantau efek samping obat yang menurunkan kesadaran

Sumber :

Indonesia PDP. Pneumonia Komuniti Pedoman, Diagnosis dan Penatalaksanaan di Indonesia, In : Indonesia PDP, editor. Pneumonia Komuniti Pedoman, Diagnosa dan Penatalaksanaan di Indonesia, Jakarta, 2003

Dahlan Z. Chapter Pneumonia in Buku Ajar Penyakit Dalam jilid II Edisi IV. Jakarta

Dewi, O. I. P., & Nurchayati. (2021). Peran dukungan sosial keluarga dalam proses penyembuhan orang dengan gangguan jiwa. 08(01), 99–111.

    Tinggalkan Balasan

    Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *