Mengenal Hipertensi / Darah Tinggi

apa itu hipertensi
sumber gambar : kompas.com

Beberapa hari yang lalu, ketika saya membaca chat di grup WhatsApp bapak-bapak RT. Di sana, salah satu bahasan yang ditemukan adalah ketakutan mereka akan tensi alias tekanan darah yang tinggi. Penyakit tersebut sering juga kita kenal dengan sebutan hipertensi.

Seperti yang diketahui, penyakit yang berkaitan dengan jantung atau pembuluh darah masih merupakan masalah kesehatan yang penting dan tidak melihat status sosial. Baik di negara maju ataupun berkembang, tentu saja salah satu masalah kesehatan terbesar yang ditemukan adalah terjadinya hipertensi itu sendiri.

Badan Kesehatan Dunia (WHO) sendiri mencatat bahwa pada tahun 2015, ada sekitar 1.13 miliar orang yang mengidap penyakit hipertensi. Jumlah ini diprediksi mengalami peningkatan di tahun 2025 yakni sebesar 1.5 miliar orang. Kondisi ini turut memberikan waspada kepada kita karena hipertensi ini kerap juga disebut sebagai silent killer (pembunuh yang diam). Hipertensi seringkali tidak menimbulkan gejala apapun, dan baru ditemukan saat skrining kesehatan saja. Dan, jika tidak tertangani dengan baik, hipertensi dapat mengarahkan kepada penyakit yang lebih berat lagi seperti gangguan jantung, gagal ginjal, ataupun stroke.

Dalam artikel ini, saya akan coba bahas tentang segala hal yang berkaitan dengan hipertensi itu sendiri.

Apa Itu Hipertensi?

Hipertensi adalah kondisi terjadinya peningkatan tekanan darah di pembuluh darah. Sedikit informasi, tekanan darah sendiri memang terbagi menjadi dua jenis, yaitu tekanan darah sistolik dan tekanan darah diastolik. Sedangkan, tekanan darah diastolik sendiri adalah tekanan saat jantung melakukan relaksasi sebelum memompa darah ke seluruh tubuh. Untuk penyebutan tekanan darah sendiri, disebutkan tekanan darah sistolik dahulu baru tekanan diastolik.

Contohnya, seseorang memiliki tekanan darah sebesar 120/80 mmHg. Berarti, tekanan darah sistolik itu sebesar 120 mmHg dan tekanan darah diastolik itu sebesar 80 mmHg.

Seseorang dapat dikatakan mengalami hipertensi jika tekanan darahnya sudah mencapai di atas 140 mmHg untuk tekanan darah sistolik dan di atas 90 mmHg untuk tekanan darah diastolik. Pengukuran dapat dilakukan dengan mencoba dua kali dalam waktu yang berbeda, yaitu saat istirahat dengan posisi duduk dan posisi berbaring.

Kenapa bisa mengalami Hipertensi?

Penyakit hipertensi ini muncul akibat berbagai macam faktor risiko. Ada yang dapat dimodifikasi dan ada juga yang tidak dapat dimodifikasi.

Faktor risiko yang tidak dapat dimodifikasi itu meliputi jenis kelamin, umur, dan riwayat keluarga (genetik). Sedangkan faktor risiko yang dapat dimodifikasi seperti kurangnya aktivitas fisik, dislipidemia, mengkonsumsi garam berlebih, kebiasaan merokok, kegemukan (obesitas), mengkonsumsi alkohol berlebih, hingga faktor yang berkaitan dengan psikologi, seperti stress dan keluhan psikososial lainnya.

Berdasarkan penyebab terjadinya sendiri, hipertensi dapat dibagi menjadi dua macam, yaitu:

  1. Hipertensi Primer / Esensial → Hipertensi yang penyebabnya tidak diketahui. Kebanyakan disebabkan oleh permasalahan pada gaya hidup, seperti kurangnya aktivitas fisik dan pola makan. Kondisi ini ditemukan pada 90% penderita hipertensi.
  2. Hipertensi Sekunder / Non-Esensial → Hipertensi yang penyebabnya diketahui, seperti penyakit ginjal, kelainan hormonal seperti hormon tiroid, atau penggunaan obat tertentu seperti contohnya pil KB.

Kenapa Hipertensi itu dapat berbahaya?

Seperti yang telah disebutkan sebelumnya, jika tidak tertangani atau dicegah dengan baik, hipertensi dapat menjadi berbahaya dan bisa saja membunuh kita sendiri. Menurut data yang ada, sekitar 9,4 juta orang meninggal setiap tahunnya karena hipertensi dan juga komplikasi yang muncul dari hal tersebut. Berikut adalah komplikasi yang muncul dari adanya hipertensi tersebut.

  • Pada mata : terjadinya penyempitan pembuluh darah pada mata dapat mengakibatkan retinopati. Jika terjadi dan tidak diobati rutin, maka pandangan mata dapat menjadi kabur hingga berakibat kehilangan pandangan.
  • Pada jantung : terjadinya penyempitan pembuluh darah pada jantung dapat menyebabkan munculnya kelemahan pada jantung, sehingga timbul rasa sakit hingga kematian yang mendadak
  • Pada ginjal : pasokan darah pada ginjal turun sehingga terjadinya penumpukan produk sampah yang berlebihan dan bisa menyebakan penyakit pada ginjal.
  • Pada otak : jika aliran darah berkurang pada otak berkurang dan pasokan O2 juga berkurang, maka muncul keluhan pusing. Namun, jika terjadi penyempitan pembuluh darah yang semakin parah, maka dapat menyebabkan pembuluh menjadi pecah dan mengarahkan pada gejala stroke.

Bagaimana cara mencegah hipertensi?

Sejatinya, untuk mencegah terjadinya hipertensi itu tergolong sederhana. Tidak memerlukan obat-obatan yang mahal atau apapun. Hanya dengan mengubah gaya hidup beserta konsumsi makanan saja.

1. Mengatur Pola Makanan

Hipertensi dapat dicegah dengan mudah melalui pengaturan pola makanan, yaitu sebagai berikut;

  • Batasi konsumsi gula kurang dari 50 gram (4 sendok makan) per hari
  • Batasi konsumsi garam kurang dari 5 gram (1 sendok teh) per hari
  • Batasi konsumsi makanan cepat saji serta makanan olahan
  • Batasi konsumsi minyak goreng kurang dari 5 sendok makan per hari
  • Ganti daging berlemak dengan konsumsi ikan sedikitnya 3 kali seminggu
  • Tambahkan menu buah dan sayur menjadi 5 porsi (400-500 gram) per hari

2. Terapkan perubahan gaya hidup yang bisa disingkat sebagai PATUH, yang merupakan singkatan dari :

  • Periksakan kesehatan secara rutin dan mengikuti anjuran dokter.
  • Atasi penyakit dengan pengobatan teratur.
  • Tetap menjaga kebiasaan makan dan gizi seimbang.
  • Upayakan aktivitas yang aman bagi hipertensi
  • Hindari asap rokok, konsumsi alkohol maupun zat karsinogenik lainnya.

Berikut adalah informasi kesehatan yang penting tentang hipertensi atau tekanan darah tinggi. Pemeriksaan kesehatan sendiri tidak mesti dilakukan oleh dokter spesialis, namun bisa saja dilakukan dengan konsultasi dari dokter umum untuk pemeriksaan tekanan darah tersebut.

Salam Jiwa Nirmala!

Oleh : dr. Farhandika Mursyid
Dokter Umum, Rumah Sakit Khusus Puri Nirmala

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *